Tahun 2014 lalu saya sempat menginap di Pulau Kukusan, Labuan Bajo selama beberapa hari. Oleh-oleh dari Labuan Bajo adalah foto-foto dan cerita. Cerita dari Labuan Bajo ini sudah pernah dituliskan dalam beberapa bagian, tetapi karena ini adalah pengalaman yang berkesan sekali bagi saya dan teman-teman yang ikutan maka saya mau mengunjungi kembali pulau tersebut lewat foto-foto.
Singkat cerita, saya bisa berada di pulau ini karena menggantikan ‘pemenang kontes’ yang diselenggarakan sebuah merk pakaian untuk pecinta alam. Kemudian saya sudah berada di bandara Komodo sebelum naik perahu boat ke pulau Kukusan.
Pulau Kukusan ini bisa dijangkau dalam kurang lebih 30 menit dengan perahu boat dari pulau Flores. Lokasinya ada di antara pulau Flores dan Pulau Komodo. Di pulau ini ada kurang lebih 77 kepala keluarga yang semuanya berprofesi Nelayan dan mengindentifikasi diri sebagai orang Bajo. Di pulau ini juga ada satu masjid dan satu sekolah dasar.
Sewaktu saya tiba, pulau ini sedang dalam sengketa. Di gerbang masuknya ada papan bertulisan KUKUSAN HARGA MATI. Saat itu ada orang yang mengaku keturunan nenek moyang pulau ini dan merasa berhak untuk menjual atau menyewakan. Padahal tanah ini tanah ulayat yang tidak dapat diperjual belikan.
Untungnya dari hasil nanya-nanya via group Backpacker di Facebook, saya mendapat kabar kalau pulau tersebut saat ini baik-baik saja. Katanya ada dua pulau Kukusan, satu berpenghuni dekat pulau Kelor dan satu lagi tidak berpenghuni di dekat pantai Waecicu.
Menurut beliau, warga pulau Kukusan saat ini baik-baik saja. Semoga mereka semua sehat selalu.
Beberapa hal yang berkesan bagi saya semasa di Pulau Kukusan
Adalah saat tiap malam kami minum teh bersama pak Haji dan beberapa kepala keluarga yang rumahnya dekat. Membahas dan bercerita mengenai berbagai hal. Misalnya mereka bertanya soal kota Bandung dan Jakarta tempat tinggal kami, lalu kami minta mereka bercerita tentang kehidupan di Pulau Kukusan.
Didapatlah legenda lokal pulau itu; seperti cerita leluhur mereka yang pertama kali sampai di pulau itu yang kemudian ditandai dengan batu. Lalu ada cerita kalau malam Jum’at jangan main di sisi kanan dermaga, karena kadang ada yang menggoyang-goyang
Maka di malam terakhir kami di sana, dan anak-anak suku Bajo mengajak bermain ke dermaga. Para bapak duduk menutup akses ke arah kanan.
Ada lagi cerita mengenai sebuah suku yang berasal dari pegunungan di Flores. Salah satu leluhur mereka pernah ‘bermasalah’ dengan sejenis ikan dimana keturunannya kemudian jadi tidak bisa memakan ikan tersebut. Bisa gila katanya.
Bahkan katanya berada dekat ikan itu saja sudah bisa membuat pusing. Kalau sampai termakan dan orangnya sakit, maka baru bisa disembuhkan kalau dibawa pulang ke kampung dan diberi minum air dari kampung tersebut.
Cerita-cerita tersebut menjadi oleh-oleh yang berkesan bagi saya. Indonesia sangat kaya dengan cerita legenda dan semoga di lain kesempatan bisa mendokumentasikan beberapa cerita tersebut.
Di puncak pulau ini kita juga bisa melihat jauh dan tentunya ada perasaan yang unik untuk berada di pulau purba. Beberapa ribu tahun yang lalu, pulau ini tampaknya masih berada di bawah air. Di salah satu pohon di puncak bukit tinggal induk burung Elang yang kalau siang bisa kita lihat sedang berburu ikan.
Kangen juga dengan pulau Kukusan ini, semoga masih diberi waktu, rezeki dan kesehatan untuk mampir. Anak-anak Suku Bajo di foto ini pasti sudah besar-besar. Silahkan menikmati oleh-oleh dari Labuan Bajo di galeri foto berikut ini.