Bulan Agustus 2009 adalah tonggak bersejarah didalam hidup saya dan AirAsia berperan mendirikannya. Tahun 2009 adalah tahun dimana saya menembus dunia internasional dalam berbagai aspek kehidupan. Bulan Agustus 2009 saya akhirnya mempunyai cukup uang untuk memesan tiket PP Jakarta-Singapura, membeli tiket konser Nine Inch Nails dan kemudian memesan booth di Singapore Games, Toys and Comic Convention hasil menabung dari awal tahun dengan menyisihkan uang gaji kantoran saya. Itu adalah kali pertama saya keluar negeri, kali pertama membeli tiket pesawat sendiri, kali pertama menyaksikan bagaimana festival dinegeri tetangga itu jauh lebih menyenangkan, kali pertama saya berinteraksi dengan begitu banyak orang dari berbagai negara mengapresiasi karya saya. Dan yang terpenting bagi saya adalah ditanggal sembilan Agustus 2009 itu adalah passport saya akhirnya mendapat cap imigrasi pertama kali. Hidup saya tidak pernah sama setelah itu. Saya yang tadinya kuper, orang-orang mulai datang menanyakan tempat-tempat makan yang enak dan hemat di Singapura, tempat menginap yang asoi (kebetulan waktu itu dalam seminggu saya berpindah tempat beberapa kali) dan lain-lain. Semua itu karena tiket murah dari AirAsia. Berada di Singapura selama seminggu lebih, membuat saya tercerahkan dalam berbagai hal. Bagaimana negara itu bisa sebersih itu, transportasi umum nya yang manusiawi, dan berinteraksi dengan berbagai macam orang dari berbagai belahan dunia membuat saya memiliki cara pandang baru terhadap hidup. Yang paling utama adalah: banyak hal yang bisa dilihat, dipelajari dan dibagi jika kita berani keluar dari rumah dan zona nyaman kita. Kita mati hanya sekali dan umur berjalan begitu cepat, sayang rasanya jika dihabiskan hanya untuk bekerja, makan, dan berkembang biak. Menyadari itu saya membangun sistem, sebisa mungkin pergi ketempat yang benar-benar baru minimal sekali dalam setahun. Kemudian sejak saat itu, walau tidak sampai keliling dunia atau keliling Indonesia; saya berhasil menjejakkan kaki ditempat-tempat yang kadang saya tidak pernah impikan. Dari rapihnya kota Taipei sampai kepedalaman Tanjung Puting Kalimantan, dari terkagum-kagumnya oleh kamar mandi di hotel bintang lima London sampai mengalami indahnya mandi dialam terbuka di Labuan Bajo. Nyamannya buang air hotel Surabaya dan waktu harus menjaga keseimbangan karena terpaksa bongkar muatan ditengah laut diatas kapal speedboat. Dari tour hotel berbintang di Kuala Lumpur sampai mandi lumpur karena kecebur rawa hutan lindung Berbak di Sumatera. Saya bertemu seorang nahkoda yang bekas perompak, saya bertemu bos besar perusahaan minuman keras di London, saya sarapan bersama seorang mantan guru dari Kanada yang menghabiskan masa tuanya berkeliling dunia disebuah hostel, saya kemudian bertemu supir taksi yang tadinya kapten kapal namun jatuh cinta dengan Kalimantan, saya menghabiskan malam minum teh sambil bercerita dengan bapak-bapak pelaut suku bajo di Flores, berbincang mengenai filsafat dengan teman baru di Bali, minum kopi dengan teman baru di Johor Bahru, berburu makanan khas di Surabaya, bertemu dengan musisi-musisi berbakat diluar kota Medan, mengobrol mengenai musik di klab kecil di Singapura, dan masih banyak lagi pribadi-pribadi unik yang saya temui baik sekedar menyapa menanyakan jalan sampai pembicaraan berat penuh filsafat. Masing-masing petualangan dan perjumpaan tersebut mengubah hidup saya dan mempercerah cara pandang saya, dan semua itu bermula dari selembar kertas tiket yang saya pesan bersama seorang sahabat di tahun 2009. Kertas tersebut berlogo AirAsia. Kemudian diakhir tahun 2013 saya melihat ada promo tiket AirAsia ke Bali, dan kali ini hidup orang tua dan seorang tante saya yang berubah. Mereka pergi ke Bali untuk pertama kali dan itu akan menjadi cerita tersendiri. *Eric Wirjanata menggunakan nick name TheSpaceWanderer. Sering terlihat mengambil foto mainan karyanya diberbagai tempat. Hobi mengambil foto langit dan awan dari balik jendela pesawat. Lagi ngidam ingin ke Nepal.