Ini adalah pertama kalinya saya ke Tokyo, dan banyak rasa haru dan penasaran akan kota yang hanya bisa saya impikan sejak saya mulai nonton anime dan membaca manga Jepang saat kecil.
Tumbuh dengan membaca manga dan menonton anime, saya selalu berpikir bahwa Tokyo akan dipenuhi dengan hiasan karakter mata besar seperti Nobita, Goku, Shinchan atau Saint Seiya. Setelah saya di sana, ternyata kota itu bukan tentang semua karakter lucu. Saya melihat lebih banyak hiasan karakter lucu asal Jepang di Singapura atau Hong Kong daripada di Tokyo.
Walau demikian Tokyo adalah tentang pengalaman, hampir menjadi perjalanan spiritual karena dapat menikmati soba, ramen, atau sushi di warung kecil seperti impian saya. Saya bahkan menyempatkan diri membeli majalah porno Jepang di toko serba ada (kombini) demi pengalaman. Sayang saya tidak sempat merasakan diusir saat sedang membaca-baca manga di kombini. Hal-hal tersebut selalu ingin saya lakukan sejak saya bisa membaca manga.
Karena perjalanan pertama terasa spiritual, tidak heran kalau saya terharu oleh mobil kecil yang mengelilingi gang perumahan yang menjual ubi. Jajanan favorit Shizuka dari manga Doraemo. Jajanan ini juga disebutkan di beberapa manga lain seperti Shinchan atau Sunset at the 5 Street.
Tetapi di luar itu, Tokyo juga menarik karena berkembangnya budaya urban. Ditandai dengan banyaknya merk Streetwear yang mendunia berasal dari Tokyo. Seperti Bape, Hueman, Undefeated, Undercover dan merk-merk lain yang tokonya nyempil di sudut kota ini.
Selain itu juga, seperti biasa saya akan mencari coffee shop dan urban toy store. Dimana akhirnya berhasil mengunjungi Mandarake itu seperti memasuki situs ziarah religi. Walaupun cuma membeli mainan kecil dan t-shirt tapi rasanya seperti mendapatkan jimat dari kuil yang kita sembahyang.
Coffee shop di Jepang banyak menggunakan biji kopi dari Indonesia juga. Susu sapi yang mereka gunakan berbeda dengan negara-negara lain, membuat rasa kopi bersusunya juga berbeda. Lebih lembut dan creamy.
Chop Coffee Cat Street Harajuku Ometesando Kitsune Cafe ,Minamioyama Omotesando Kitsune Cafe ,Minamioyama Omotesando Sarutahiko Coffee, Shinjuku City Le Pain Quotidien, The Knot, Shinjuku City
Jika ada kesempatan saya berharap bisa kembali dan menjelajahi Tokyo di area lain di cuaca yang lebih santai. Mungkin tambahan ke Kyoto atau Nagoya. Berdoa saja dulu.
Beberapa tips supaya ga overwhelmed seperti saya, coba tentukan dulu apa yang mau diburu di Tokyo. Karena besar sekali dan setiap city punya karakter khas masing-masing. Semuanya tidak akan cukup dijelajahi dalam beberapa hari, jadi memang sebaiknya datang dengan list namun selalu beri luang untuk kejutan yang ada.
Ditemukan secara ga sengaja, makanannya enak banget. Tapi agak lebih mahal dan dalamnya lebih high-end. Pelayanan sangat bagus.
Jika kamu membaca rekomendasi tempat makan dari blog berbahasa Inggris atau dari influencer Indonesia, coba cek dulu apakah lokasinya di area turis? jika iya kemungkinan rasanya akan sama-sama saja dengan Japanese food di Indonesia. Saya pernah menyadur tips mencari makanan dari mas Bourdain, tapi saya ada salah satu trik favorit yaitu untuk minta rekomendasi dari orang random di jalanan atau di coffee shop. Coba spesifik bertanya misal “Best Sushi for you” lalu pastikan sekali lagi “in your honest opinion, not the one popular with tourists”.
Enak ga enak belakangan, tapi rekomendasi orang lokal pasti memberi pengalaman baru. Silahkan mencoba.
download Camera Raw preset The Space Wanderer Tokyo (limited time only)