“Menulis adalah bekerja untuk keabadian” dan “Kehidupan itu lebih nyata daripada pendapat siapapun mengenai kenyataan” adalah quotes dari Pramoedya Ananta Toer yang betul-betul mengena pada diri saya.
Saya masih terus belajar menulis, dan mencintai kehidupan yang nyata. Itu mengapa kedua quotes itu terus menginspirasi saya untuk lebih rajin menulis dan lebih hidup untuk hidup.
Walau tidak semua bukunya telah saya baca atau lihat, namun sejarah hidupnya cukup menginspirasi saya sehingga menyetujui ajakan menggambar Pramoedya Ananta Toer selama liburan Lebaran 2015. Akhirnya terkumpul empat gambar, dan saya menyadari kalau di internet tidak banyak tersedia foto beliau dalam resolusi yang baik.
Semoga setelah ini saya bisa lebih banyak berkarya dan menghidupi hidup.
Pramoedya Ananta Toer (EYD: Pramudya Ananta Tur) (6 February 1925 – 30 April 2006) was an Indonesian author of novels, short stories, essays, polemic and histories of his homeland and its people. His works span the colonial period, Indonesia’s struggle for independence, its occupation by Japan during the Second World War, as well as the post-colonial authoritarian regimes of Sukarno and Suharto, and are infused with personal and national history. The Dutch Government imprisoned him from 1947 to 1949, the Suharto regime from 1965 to 1979.